Lampung Traveller

Waleu Lampung, Membawa Budaya Lampung Menjadi lebih Kekinian

 

Waleu Lampung, Membawa Budaya Lampung Menjadi lebih Kekinian


Waleu Lampung adalah entitas lokal yang tak bisa dipandang sebelah mata. Ia berjasa membawa etnisitas Lampung ke dalam sebuah budaya yang lebih modern, budaya pop.


Kebanyakan orang khususnya wisatawan asal luar Lampung menilai kaos Waleu Lampung sama halnya dengan Dagadu Yogyakarta atau Joger Bali. Padahal sejatinya, mereka memiliki perbedaan yang sangat signifikan apalagi jika dilihat dari akar kebudayaan yang mereka angkat.

Waleu Lampung pada awalnya adalah sebuah produsen kaos yang lebih mengambil pasar spesifik lagi dengan mengangkat tema budaya Lampung termasuk bahasa dan aksara ke dalam industri mereka.

Jika, Dagadu Yogyakarta yang dalam bahasa walikan dimaknai sebagai 'matamu' dan Joger lebih cenderung pada gabungan dua nama pemilik dan pemodal, maka Waleu lebih universal. 

Dalam bahasa Lampung, Waleu bermakna angka delapan yang kerap diidentikan dengan angka keberuntungan karena memiliki garis yang tak putus dan saling terkait satu sama lainnya.


Waleu Lampung, Membawa Budaya Lampung Menjadi lebih Kekinian

Baca Juga: Menjadi Nasabah Bijak di Era Digital: Bijak Bertransaksi, Bijak pula Berinternet

Waleu Lampung Sudah ada Sejak 2011

Jauh sebelum ekonomi kreatif menggema seperti sekarang, eksistensi Waleu sudah menggema sejak tahun 2011. Kala itu, kaos ini bahkan menjadi sebuah ikon tersendiri, sama seperti Dagadu maupun Joger. 

Waleu menjadi kebanggaan bagi siapapun yang menggunakannya. Ia menjadi identitas kekinian kala itu.

Adalah Supriadi, perintis sekaligus penggagas terciptanya Waleu Lampung yang masih terus eksis sampai saat ini diantara gempuran berbagai jenis kaos murah hingga kaos identitas seperti K-Pop maupun aliran tertentu yang terasa sedikit nyeleneh hingga satire.

Tapi, Supriadi tetap konsisten dengan konsep mengangkat kebudayaan Lampung utamanya aksara dan bahasa Lampung bukan hanya di kancah lokal tapi bahkan hingga ke luar negeri.

Suatu ketika di tahun 2015, pengguna kaos Waleu Lampung dengan santainya mondar-mandir di jalan Orchard Road Singapura yang bergengsi dan terkenal sebagai simbol belanja sekaligus fesyen itu. Artinya, Waleu Lampung diakui sebagai sebuah entitas lokal yang bernilai.

Waleu Lampung, Niat Lurus Mengangkat Kebudayaan Lampung

Supriadi secara tak langsung telah amat berjasa mengangkat tema lokal ke dalam industri pop dengan misi mulia mengangkat kebudayaan Lampung, agar lebih familiar dan dikenal khususnya oleh milenial.

Bayangkan, ada 7 juta lebih manusia yang hidup di Lampung, tapi penggunaan bahasa Lampung seperti tersuruk di sudut-sudut kampung, dan itu menjadi misi besar Supriadi untuk terus konsisten membawa kebudayaan Lampung sampai kapan pun.

Selain bahasa dan aksara Lampung, kreativitas Supriadi juga beragam. Ia tak melulu bermain dengan kata-kata khas Lampung tapi juga memanfaatkan simbol-simbol ke-Lampung-an seperti Gajah, Siger hingga pahlawan yang berasal dari Lampung.

Uniknya, semua kaos maupun produk fesyen itu dibuat dengan amat terbatas tiap jenisnya sehingga kian memunculkan kesan eksklusifitas bagi tiap pengguna produk Waleu Lampung ini.

Waleu Lampung, Membawa Budaya Lampung Menjadi lebih Kekinian

Baca Juga: Kain Tapis Lampung, Simbol Penghargaan Terhadap Tuhan, Alam dan Perempuan

Waleu Lampung bukan Hanya Sekedar Kaos, tapi Lebih dari Itu

Jika di awal produksi, Supriadi hanya membuat kaos, maka kemudian Waleu Lampung menciptakan berbagai produk turunan seperti topi, jaket hingga kaos untuk anak-anak artinya Waleu Lampung berusaha menyasar berbagai segmen.

Uniknya, tiap harga yang dilabeli di tiap produk Waleu Lampung selalu ada embel-embel angka delapan di tiap harganya, meski demikian untuk ukuran souvenir berkualitas, produk Waleu Lampung masih amat terjangkau.

Waleu Lampung, Membawa Budaya Lampung Menjadi lebih Kekinian


Waleu Lampung sebuah Upaya Pelestarian Kebudayaan Paling Realistis

Sampai saat ini, Waleu Lampung masih terus bertahan dan tetap menunjukkan eksistensinya. Upaya Supriadi untuk melestarikan kebudayaan dengan cara paling realistis ini ternyata tetap diterima oleh semua orang.

Sebagai oleh-oleh, Waleu Lampung terasa lebih otentik dan sebagai produk fesyen, Waleu Lampung juga tetap stylish untuk siapapun.

Karena untuk orang-orang seperti Supriadi, metode melestarikan sebuah kebudayaan tak hanya cukup dengan omongan semata tapi perlu diwujudkan dengan tindakan termasuk melalui produk fesyen seperti apa yang telah dilakukan oleh Supriadi selama ini.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama