Lampung Traveller

Sekubal, Penganan Kemenangan yang Identik dengan Sifat Keterbukaan Masyarakat Lampung

Sekubal, Penganan Kemenangan yang Identik dengan Sifat Keterbukaan Masyarakat Lampung


Sekubal itu identitas. Ia identik dengan kemenangan. Sebuah cara selebrasi berkonsep penganan kuliner yang menjadi penanda ala masyarakat Lampung bahwa tiap momen besar memang harus dirayakan.

Salah satu simbol kuliner itu sebenarnya amat eksklusif. Ia hanya ada dan akan ada di perayaan tertentu dalam sebuah perayaan besar masyarakat Lampung termasuk momen saat hari raya.

Sekubal adalah tentang ke-lampung-an itu sendiri. Ia menjadi entitas penting yang bakal terasa kurang pas atau bahkan kurang seimbang jika Sekubal tak tersaji pada sebuah perayaan.

Penganan yang dikemas amat sederhana ini pula menjangkau hampir seluruh lapisan dan melepas semua strata sosial untuk siapapun. Ia ada pada semua umur, tak terkecuali anak-anak hingga lansia karena rasanya yang bisa diterima oleh semua orang.

Eksistensinya hadir dan menembus atmosfer kelas; dari rumah-rumah kampung sampai komplek perumahan mewah. Sama rata dan sama rasa.

Sekubal, Penganan Kemenangan yang Identik dengan Sifat Keterbukaan Masyarakat Lampung


Filosofi Sekubal bagi Masyarakat Lampung

Sebagai penganan khas, Sekubal terasa amat familiar bagi siapapun yang tinggal di Lampung atau mereka yang pernah singgah di Lampung.

Sekubal menjadi penganan yang punya karakter karena keberadaannya amat susah dicari jika tak ada momen tertentu khususnya perayaan adat maupun perayaan hari raya lebaran.

Sejatinya tak ada literasi secara khusus tentang sejarah Sekubal bagi masyarakat Lampung, hanya saja makanan berbahan ketan dan santan ini eksistensinya bahkan sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Sekubal mengiringi setiap momentum perayaan adat dan selalu menjadi penghias meja-meja para bangsawan sebagai jamuan istimewa.

Karena keberadaannya yang cenderung amat jarang, Sekubal terasa lebih istimewa. Ia menjadi penanda sebuah perayaan tentang kemenangan dan kebahagiaan yang semarak bagi masyarakat Lampung.

Citarasa Sekubal

Sekubal juga tak berdiri sendiri. Penganan ini harus diiringi dengan tape ketan yang lebih bersifat plural dan dikenal dan memiliki nama yang berbeda di daerah lain, atau bisa juga disandingkan dengan bumbu rendang yang kental dan pedas. Dengan begitu, Sekubal yang gurih bisa punya beragam cita rasa tergantung dengan penganan pengiringnya, meskipun dimakan secara langsung, Sekubal tetap tak kalah nikmat.

Teksturnya yang cenderung lengket sebagaimana tekstur ketan pada umumnya ini memiliki aroma yang tidak terlalu kuat. Sekubal memiliki citarasa yang gurih sekaligus lebih tahan lama tanpa mempengaruhi tekstur maupun rasa dari penganan ini.

Karakter Sekubal ini memiliki kemiripan dengan karakter masyarakat Lampung itu sendiri yang lebih bersifat terbuka dan mudah menerima siapapun sebagai saudara dan mampu menyesuaikan sehingga secara tak langsung membentuk filosofi tersendiri.

Sekubal, Penganan Kemenangan yang Identik dengan Sifat Keterbukaan Masyarakat Lampung


Kesederhanaan Sekubal

Meski memiliki tekstur layaknya ketan pada umumnya dan amat terkesan sederhana, ada jerih dalam prosesnya. Membuat sekubal membutuhkan waktu dan durasi yang panjang termasuk teknik cara meramu antara santan dan ketan hingga tingkat ketelatenan yang tinggi dalam prosesnya agar mampu memunculkan citarasa asli dari Sekubal itu sendiri.

Ciri Khas Sekubal

Penganan ini sepintas memang terlihat biasa saja bahkan kemasannya hampir mirip dengan lontong sayur demikian halnya dari sisi tekstur lebih mirip dengan Ketan Uli asal Betawi. Hanya dibungkus dengan daun pisang yang ikut layu bersamaan dengan ketan yang ada di dalamnya kemudian diikat dengan tali-tali rapia yang membungkusnya dengan amat rapat.

Di beberapa perkampungan adat, teknik mengemas Sekubal pada umumnya tetap sama, hanya saja tali yang digunakan untuk mengikat daun pisang masih sangat alami yakni dengan menggunakan tali yang dibuat dari sayatan bambu.

Pelestarian Sekubal

Sampai saat ini, Sekubal masih tetap lestari. Tandanya, penganan ini masih tetap ada dan menjadi amat istimewa khususnya ketika bulan Ramadhan terlebih pada hari raya Lebaran.

Bentuknya yang mirip dengan lontong akan ditempatkan di pinggan-pinggan (piring) mahal sebagai bentuk penghargaan terhadap penganan ini maupun kepada penikmatnya.

Di Bandar Lampung sendiri terdapat sejumlah pengrajin Sekubal yang masih terus bertahan menjaga tradisi mulai dari cara pengolahan hingga menyajikannya.

Salah satunya, Uwak Saimah yang ada di Rajabasa. Sejak masih gadis, Saimah sudah belajar dan menjadi generasi penerus pembuat Sekubal. Lebih dari 40 tahun ia konsisten menjaga warisan kuliner asli masyarakat Lampung ini.

Selain itu, tiap kali perayaan-perayaan adat maupun perayaan hari raya, Uwak Saimah selalu dipercaya dan amat bisa diandalkan untuk membuat Sekubal dengan citarasa yang tak akan pernah berubah sampai kapan pun.

Ia dipercaya dan bisa diandalkan karena memiliki konsistensi sekaligus ketelatenan untuk memberikan yang terbaik untuk siapapun sebagai upaya pengenalan sekaligus pelestarian warisan leluhurnya.

Karenanya, banyak pejabat maupun masyarakat Lampung yang merantau di luar Lampung yang ingin bernostalgia dengan Sekubal selalu mengandalkan Uwak Saimah. Ia bahkan pernah membuat Sekubal secara khusus yang dipesan oleh seorang pejabat negara asli dari Lampung.

“Tak ada yang saya beda-bedakan. Mau pejabat, mau petani, rasanya (sekubal) tetap sama. Nggak ada istilah lebih enak yang punya pejabat, kalau begitu sama saja saya mengingkari adat saya sendiri. Yang namanya sekubal, rasanya tetap enak di mulut siapapun,” katanya tegas.

Satu hal yang juga ditekankan oleh Uwak Saimah, Sekubal mungkin bisa ada kapan saja, tapi mungkin nilai dari keberadaan hingga rasanya bisa jadi amat berbeda.”Sekubal itu sekarang di pasar juga ada, tapi ingat ada nilai sampai rasa yang mungkin berbeda yaitu untuk apa sekubal itu ada, dan sedang apa kita menikmati sekubal itu”.

Saat ini, yang menjadi kekhawatiran Uwak Saimah adalah saat ini baik anak maupun cucunya tak tertarik untuk meneruskan apa yang telah diwariskan oleh para pendahulu Uwak Saimah sebagai sebuah kebanggaan.

“Kalau jaman sekarang, anak-anak tidak bisa diandalkan lagi. Nggak ada yang betah dan telaten membuat Sekubal sampai berjam-jam apa lagi diem di dapur berhari-hari cuma buat makanan. Anak-anak sekarang suka yang lebih mudah, beli. Saya takut tak ada lagi yang meneruskan apa yang sudah saya lakukan selama ini. Saya takut,” katanya dengan gurat khawatir.

Sekubal, Penganan Kemenangan yang Identik dengan Sifat Keterbukaan Masyarakat Lampung


Resep Sekubal

Demikian pula dalam hal cara membuat maupun resep untuk membuat sekubal, siapa pun bisa membuat penganan ini, namun konsistensi hingga ketelatenan maupun cara memperlakukan Sekubal sebagai sebuah keistimewaan yang menjadikannya terasa berbeda.

Bahan untuk membuat Sekubal pada prinsipnya hanya terdiri atas dua bahan utama yakni; beras ketan dan santan kelapa. Hanya saja, proses pembuatannya yang membutuhkan durasi yang amat lama bahkan hingga 10 jam.

Prosesnya dilalui mulai dari merendam kedua bahan, kemudian ditanak dan dicetak melalui bentuk yang lebih kecil kemudian dikemas dengan daun pisang.

Biasanya, setelah selesai proses penanakan pertama, dan memperoleh hasil yang benar-benar matang hingga citarasa yang legit dan gurihnya benar-benar terasa lebih maksimal, akan ada proses penanakan lanjutan dengan durasi waktu hingga 4 jam hingga sekubal benar-benar terasa sempurna.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama